Return to site

China-Rusia Intai Kapal Induk AS di Semenanjung Korea | PT Solid Gold Berjangka

PT SOLID GOLD BERJANGKA - China bersama Rusia dilaporkan telah mengirimkan kapal mata-mata untuk memantau pergerakan kapal induk Amerika Serikat, USS Carl Vinson, yg tengah bergerak menuju Semenanjung Korea.

broken image

Presiden AS Donald Trump mengerahkan kapal pengangkut pesawat tempur itu sbg respons atas provokasi rudal Korea Utara yg kian mengancam kawasan.

Menyusul keputusan tersebut, Beijing pun meminta bantuan Moskow untuk mencegah krisis nuklir kian memburuk.

Menurut "sejumlah sumber pemerintah Jepang" yg dikutip surat kabar Yomiuri Shimbun, ada sejumlah kapal pengintai yg ditugaskan mengejar armada AS tersebut.

Kapal induk itu sedikitnya membawa 100 pesawat tempur & jg didukung dua reaktor nuklir, dikawal kapal perusak peluru kendali, sebuah kapal selam, & sekitar 6.500 pelaut yg sebelumnya telah berlatih bersama Angkatan Laut Australia.

Pengerahan armada ini dikhawatirkan akan dianggap sbg agresi militer oleh Korea Utara & kian memperkeruh konflik.

Selama ini, China, sbg sekutu dekat Korut, dianggap satu-satunya negara yg dapat menekan Pyongyang untuk menghentikan ambisi program nuklirnya.

Washington menganggap kontribusi Beijing kurang terlihat dlm upaya denuklirisasi Korut selama ini.

Trump bahkan menegaskan negaranya akan bertindak secara unilateral untuk menghentikan Korut meski tanpa bantuan China.

Namun, dlm beberapa bulan terakhir, China mulai meningkatkan kontribusinya mendukung usaha komunitas internasional menekan Pyongyang.

Salah satunya dgn memblokir impor batu bara dari Pyongyang & mengerahkan sekitar 150 ribu tentara di perbatasan China-Korut.

Walaupun begitu, Beijing menekankan seluruh negara untuk menghindari langkah militer & memperingatkan bahwa konflik Semenanjung Korea bisa pecah kapan saja.

Baca Juga : Hadapi Korut, Pasukan Udara AS-Korsel Latihan Bersama | Solid Gold

broken image

Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengatakan, peperangan bisa berdampak buruk bagi seluruh pihak yg terlibat.

Menurutnya, krisis di Semenanjung Korea harus diselesaikan melalui proses diplomatik agar dapat mencapai solusi damai.

"Jika perang pecah, semua pihak akan kehilangan banyak."

"Tidak akan ada pemenang di sini."

"Bukan orang dgn kekuatan terbesar yg akan menang dlm situasi seperti ini," tutur Wang, seperti dikutip The Independent.

Situasi di Semenanjung Korea kian memanas sejak awal 2017 lalu.

Korut terus menjadi sorotan setelah pada awal tahun baru lalu, pemimpin tertinggi mereka, Kim Jong-un, memerintahkan penguatan program rudal balistik antar benua (ICBM) negaranya.

Sepanjang tahun ini, Korut pun sudah meluncurkan beberapa uji coba rudalnya, dua di antaranya mencapai perairan di dekat wilayah Jepang.

Yang terbaru, Korut kembali menguji coba sistem rudalnya pada Minggu (16/4) meski berakhir gagal.

Peluncuran rudal ini dilakukan sehari setelah Pyongyang menggelar parade militer besar-besaran dgn menampilkan hampir 60 rudal balistik ICBM, di hari ulang tahun ke-105 pendirinya Kim Il-Sung.