PT Solid Gold Berjangka - Melanjutkan topik tentang kopi & kebocoran kantong kaum milenial. Pada dasarnya, kopi memang salah satu jenis minuman. Anda bisa menambahkan fungsi stimulan bila kopi selalu menjadi teman begadang & melembur pekerjaan. Tapi secara sosial, kopi juga punya fungsi yg signifikan. Dengan ajakan ngopi, anda bisa bersosialisasi, temu kangen dgn kawan lama, atau berjumpa dgn orang-orang baru.
Dari bangku-bangku kafe & cangkir-cangkir kopi, ide-ide bisa didiskusikan & barangkali banyak hal-hal besar yg berasal dr sana. Kopi menjadi sebuah media sosialisasi, yg dibutuhkan utk menjalin relasi di era seperti saat ini. Bila kita cermati lambat laun kopi pun terus berubah fungsi. Bukan lagi cuma teman nongkrong atau begadang, tapi juga sarana eksistensi di dunia digital dgn foto-foto di Instagram.
Seiring perkembangan zaman, fungsi kopi pun mengalami berkembangan. Munculnya berbagai media sosial, menjadikan kopi sebagai salah satu sarana eksistensi.
Kopi apa yg anda minum hari ini? Apakah americano? Atau espresso? Ataukah cappuchino dgn tambahan sirup hazelnut? Apapun kopinya, pasti kerap kali anda foto sebelum diminum & kemudian diunggah ke akun Instagram. Jangan lupa juga menambahkan sedikit caption yg elegan semacam "moodbooster' & lain sebagainya. Akhirnya anda sudah resmi menjadi anak gaul yg kekinian. Hayoo ngaku yg seperti ini.
Sedikit mundur kebelakang, bila dulu, utk menyeruput kopi bisa dgn nominal di bawah Rp 10 ribu bahkan di bawah Rp 5 ribu, sekarang membeli kopi bisa menghabiskan puluhan ribu rupiah.
Entah demi rasa atau gengsi saja. Pada generasi orang tua kita, meminum kopi ya enaknya dibuat sendiri kemudian menikmatinya di rumah sembari ngobrol dgn keluarga. Tapi di generasi kita ini, tentu tdk keren alias kece badai bila kita posting di Instagram foto secangkir kopi tubruk buatan penjual angkringan ataupun kopi susu sachet yg kita seduh di rumah apalagi kostan. Kita pasti lebih memilih posting kopi dr coffee shop tertentu apalagi di cup nyatet dapat nama diri sendiri. Menjamurnya tradisi ngopi melahirkan pula kedai-kedai kopi populer.
Gagal panen ini dipicu oleh berbagai penyakit yg menyerang kopi akibat dr perubahan iklim & global warming. Turunnya produksi kopi yg berkebalikan dgn permintaan kopi jelas akan membuat harga kopi melambung tinggi. Jadi siap-siap saja keluar uang lebih banyak lagi. Namun bagi seorang pecinta, ngopi adalah kebahagiaan termurah di dunia ini. Kopi adalah 'doping' yg tdk membahayakan. Kopi bisa dinikmati dgn ataupun tanpa teman dlm segala suasana. Bila kopi mahal tak terbeli, kopi sachet-an pun sejatinya bisa menggantikan.
Bagi kaum milenial yg mulai sadar dgn besarnya biasa akan kebutuhan di masa depan termasuk pensiun, kita bisa mulai menyisihkan biaya satu kopi atau sekitar Rp 50.000 utk ditabung atau diinvestasikan dlm menyiapkan &a pensiun. Itulah sebabnya di luar negeri kemudian muncul istilah ngetop Latte Effect. Di mana latte effect adalah kondisi ketika seseorang banyak menghabiskan uang setiap paginya sebelum jalan ke kantor dgn membeli kopi di kedai kopi ngetop, ketika dihitung setiap bulan pengeluaran tersebut ternyata cukup besar & bila diinvestasikan bisa menghasilkan hasil investasi yg lebih besar lagi.
Ketrampilan dlm mengelola keuangan bulanan menjadi penting di sini agar keuangan anda tdk bocor karena sering ngopi. Selain itu keterampilan utk menginvestasikan uang anda dr hasil penghematan ngopi juga bagus agar masa depan seperti dana pendidikan dan dana pensiun anda & keluarga terjamin.
(Ad -- Solid Gold Berjangka)